Jumat, 27 November 2015
ANAKMU MENGENALKAN SIAPA DIRIMU
06.301. Jika anakmu BERBOHONG, itu karena engkau MENGHUKUMNYA TERLALU BERAT
2. Jika anakmu TIDAK PERCAYA DIRI, itu karena engkau TIDAK MEMBERI DIA SEMANGAT
3. Jika anakmu KURANG BERBICARA, itu karena engkau TIDAK MENGAJAKNYA BERBICARA
4. Jika anakmu MENCURI, itu karena engkau TIDAK MENGAJARINYA MEMBERI
5. Jika anakmu PENGECUT, itu karena engkau SELALU MEMBELANYA
6. Jika anakmu TIDAK MENGHARGAI ORANG LAIN, itu karena engkau BERBICARA TERLALU KERAS KEPADANYA
7. Jika anakmu MARAH, itu karena engkau KURANG MEMUJINYA
8. Jika anakmu SUKA BERBICARA PEDAS, itu karena engkau TIDAK BERBAGI DENGANNYA
9. Jika anakmu MENGASARI ORANG LAIN, itu karena engkau SUKA MELAKUKAN KEKERASAN TERHADAPNYA
10. Jika anakmu LEMAH, itu karena engkau SUKA MENGANCAMNYA
11. Jika anakmu CEMBURU, itu karena engkau MENELANTARKANNYA
12. Jika anakmu MENGGANGGUMU, itu karena engkau KURANG MENCIUM DAN MEMELUKNYA
13. Jika anakmu TIDAK MEMATUHIMU, itu karena engkau MENUNTUT TERLALU BANYAK PADANYA
14. Jika anakmu TERTUTUP, itu karena engkau TERLALU SIBUK
Kamis, 26 November 2015
Seni Tayub dan Hubungannya dengan Globalisasi
17.14
Annyeong semuanya,
ketemu lagi nih sama Admin, semoga nggak bosen ya. Kali ini Admin mau bahas
tentang kearifan lokal (local wisdom)
yang jadi ciri khas di Jawa Tengah, khususnya di Cepu, tapi kearifan lokal
disini, bukan materi mata pelajaran Geografi, yang itu loh kearifan
lokal dalam pemanfaatan alam. Admin disini mau membahas mengenai kearifan lokal
yang ada hubungannya dengan mata pelajaran Sosiologi. Walaupun sama-sama
pelajaran IPS tapi ruang lingkupnya beda, Geografi itu kajiannya alam
semesta, sedangkan Sosiologi itu kajiannya masyarakat. Karena Admin
disini membahas tentang Sosiologi, jadi yang menjadi objeknya itu
masyarakat. Yah sebenarnya kearifan
lokal di Cepu itu banyak, contohnya yang berwujud kesenian yaitu Barongan dan Tayub, yang berwujud kebudayaan
itu misalnya Tradisi Manganan (sedekah bumi) dan yang berwujud makanan
contohnya seperti Kopi Kothok ( kopi
yang dibuat dengan cara merebus kopi, air dan gula secara bersamaan, kemudian
ditunggu hingga kopi meluber keatas), nasi pecel, lonthong tahu, lonthong
kikil, entung, dll. Disini Admin akan membahas tentang salah satu kearifan
lokal di Cepu yang berupa Seni Tayub. Check
it out!
Tari Tayub dan
Hubungannya dengan Globalisasi
Disusun Oleh :
Anggraini P.
XII IPS 4 / 03
Tahun Ajaran
2015/2016
Globalisasi
• Globalisasi
berasal dari bahasa inggris yaitu Globalization. Kata "Global"
berarti mendunia sedangkan "Lization" berarti proses.
Globalisasi adalah suatu proses yang mendunia dimana individu tidak
terikat oleh negara atau batas-batas wilayah. Contoh:
• Penyebab
Globalisasi :
Majunya ilmu
pengetahuan pada teknologi transportasi
Perkembangan teknologi informasi
dan
Kerja sama ekonomi Internasional
Dampak Positif
|
Dampak Negatif
|
Komunikasi yang semakin cepat dan mudah
|
Informasi tak terkendali
|
Meningkatnya turisme dan pariwisata
|
Timbulnya sikap kebarat-baratan, sehingga budaya bangsa
terkikis
|
Mudahnya mendapat informasi dan ilmu pengetahuan
|
Munculnya sikap individualisme
|
Meningkatnya ekonomi menjadi lebih produktif, efektif dan
efisien
|
Perusahaan dalam negeri mementingkan perusahaan luar
|
Tingkat pembangun yang semakin tinggi
|
Berkurangnya tenaga kerja pertanian akibat dari sektor
industri yang menyerap seluruh petani
|
Kearifan Lokal
Kearifan Lokal dapat
diterjemahkan sebagai Local Wisdom (definisi kamus) dan atau Local
Genius (istilah antropologi yang dipopulerkan oleh Quaritch Wales.Kearifan
lokal merupakan produk budaya masa lalu yang patut secara terus-menerus
dijadikan pegangan hidup.Meskipun bernilai lokal tetapi nilai yang
terkandung di dalamnya dianggap sangat universal.
Haryati Soebadio mengatakan
bahwa local genius adalah juga cultural identity,
identitas/kepribadian budaya bangsa yang menyebabkan bangsa tersebut mampu
menyerap dan mengolah kebudayaan asing sesuai watak dan kemampuan sendiri.
Dari definisi kearifan lokal tersebut, paling tidak menyiratkan
beberapa konsep, yaitu:
·
Kearifan lokal adalah sebuah pengalaman panjang,
yang diendapkan sebagai petunjuk perilaku seseorang;
·
Kearifan lokal tidak lepas dari lingkungan
pemiliknya;
·
Kearifan lokal itu bersifat dinamis, lentur,
terbuka, dan senantiasa menyesuaikan dengan zamannya.
Kearifan
budaya atau masyarakat merupakan kumpulan pengetahuan dan cara berpikir yang
berakar dalam kebudayaan suatu etnis, yang merupakan hasil pengamatan dalam
kurun waktu yang panjang. Kearifan tersebut banyak berisikan gambaran tentang
anggapan masyarakat yang bersangkutan tentang hal-hal yang berkaitan dengan
kualitas lingkungan manusia, serta hubungan-hubungan manusia dan lingkungan
alamnya.
Nilai kearifan lokal yang
berkembang dan diyakini sebagai perekat sosial yang kerap menjadi acuan dalam
menata hubungan dan kerukunan antar masyarakat
Ciri-Cirinya:
1.
Mampu bertahan terhadap budaya luar,
2.
Memiliki kemampuan mengakomodasi unsur-unsur
budaya luar,
3.
Memunyai kemampuan mengintegrasikan unsur budaya
luar ke dalam budaya asli,
4.
Memunyai kemampuan mengendalikan,
5.
Mampu memberi arah pada perkembangan budaya.
Contoh dan Fungsi
Kearifan Lokal
- Bentuk-bentuk kearifan
lokal dalam masyarakat dapat berupa
: nilai, norma, etika, kepercayaan, adat-istiadat, hukum adat, dan
aturan-aturan khusus. Contoh
kearifan lokal yang ditanamkan orang tua kita sejak kecil misalnya :
gotong royong, berjabat tangan, saling menghormati, toleransi, dll. Kearifan lokal yang terdapat di beberapa daerah:
- Papua,
terdapat kepercayaan te
aro neweak lako
(alam adalah aku). Dengan demikian maka pemanfaatan
sumber daya alam secara hati-hati.
- Serawai, Bengkulu, terdapat keyakinan celako kumali.
Kelestarian lingkungan terwujud dan
kuatnya keyakinan ini yaitu tata
nilai tabu dalam berladang dan tradisi tanam tanjak.
- Dayak
Kenyah, Kalimantan Timur,
terdapat tradisi tana’
ulen. Pengelolaan tanah
diatur dan dilindungi oleh aturan adat.
- Masyarakat Undau Mau, Kalimantan Barat. Perladangan dilakukan dengan
penggunaan teknologi pertanian
sederhana dan ramah lingkungan.
Bentuk Kearifan Lokal
Bentuk kearifan lokal dapat
dikategorikan ke dalam dua aspek, yaitu kearifan lokal yang berwujud nyata
(tangible) dan yang tidak berwujud (intangiable).
1.
Kearifan Lokal yang Berwujud Nyata (Tangible),
meliputi :
·
Tekstual, Beberapa
jenis kearifan lokal seperti sistem nilai, tata cara, ketentuan khusus yang
dituangkan ke dalam bentuk catatan tertulis
·
Bangunan/Arsitektural
·
Benda
Cagar Budaya/Tradisional (Karya Seni), misalnya keris, batik.
2. Kearifan Lokal yang
Tidak Berwujud (Intangible)
Wujudnya seperti petuah
yang disampaikan secara verbal dan turun temurun yang dapat berupa nyanyian dan
kidung yang mengandung nilai-nilai ajaran tradisional. Misalnya kearifan
lokal yang mengandung etika lingkungan sunda :
a) Hirup katungkul ku
pati, paeh teu nyaho di mangsa (Segala sesuatu ada batasnya, termasuk
sumberdaya alam dan lingkungan).
b) Kudu inget ka bali geusan ngajadi (Manusia bagian dari alam, harus mencintai
alam, tidak tepisahkan dari alam).
Contoh Kearifan Lokal
Komunitas Lokal
Komunitas Lokal adalah masyarakat yang bermukim atau
mencari nafkah di sekitar pabrik, kantor, gudang, tempat pelatihan, tempat
peristrahatan, atau di sekitar asset tetap perusahaan lainnya. Peran komunitas
lokal sangat penting, karena itu jalinan sebuah proses komunikasi yang
terencana sehingga komunitas itu turut memberikan dukungan yang baik kepada
organisasi.
Bentuk
kesatuan antara keduanya itu dipengaruhi oleh siapa yang datang lebih dahulu
(pabrik atau penduduk) di lokasi tersebut, sifat lokasi terhadap perusahaan,
(sumber input bagi perusahaan atau daerah output/pasar bagi perusahaan),
isolasi daerah terpencil dan latar belakang historis. Contoh:
Perubahan
Sosial
Perubahan sosial secara umum dapat diartikan sebagai
suatu proses pergeseran atau berubahnya struktur/tatanan didalam masyarakat,
meliputi pola pikir yang lebih inovatif, sikap, serta kehidupan sosialnya untuk
mendapatkan penghidupan yang lebih bermartabat.
Pada
dasarnya setiap masyarakat akan mengalami apa yang dinamakan dengan
perubahan-perubahan. Perubahan tersebut akan dapat diketahui bila kita
melakukan suatu perbandingan dengan menelaah suatu masyarakat pada masa
tertentu yang kemudian kita bandingkan dengan keadaan masyarakat pada waktu
yang lampau. Perubahan-perubahan yang terjadi di dalam masyarakat, pada
dasarnya merupakan suatu proses yang terus menerus, ini berarti bahwa setiap
masyarakat pada kenyataannya akan mengalami perubahan-perubahan.
Tetapi
perubahan yang terjadi antara masyarakat yang satu dengan masyarakat yang
lain tidak selalu sama. Hal ini dikarenakan adanya suatu masyarakat yang
mengalami perubahan yang lebih cepat bila dibandingkan dengan masyarakat
lainnya.Perubahan tersebut dapat berupa perubahan-perubahan yang tidak menonjol
atau tidak menampakkan adanya suatu perubahan.Juga terdapat adanya
perubahan-perubahan yang memiliki pengaruh luas maupun terbatas.Di samping itu
ada juga perubahan-perubahan yang prosesnya lambat, dan perubahan yang
berlangsung dengan cepat.
Faktor Penyebab Perubahan Sosial
- Faktor
Internal, adalah faktor yang berasal dari dalam lingkungan
masyarakat tersebut.
·
Pertumbuhan penduduk
·
Penemuan baru
·
Invensi (kombiansi baru terhadap suatu
pengetahuan yang telah ada)
·
Sistem ideologi (keyakinan mengenai nilai-nilai
tertentu)
2. Faktor Eksternal, adalah faktor
yang berasal lingkungan luar masyarakat tersebut.
• Lingkungan
fisik (contohnya musibah atau bencana alam)
• Peperangan
• Pengaruh
kebudayaan lain
Positif
|
Negatif
|
Perkembangan Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi
|
Terjadinya Disintegrasi Sosial
|
Tercipta Lapangan Kerja Baru
|
Terjadinya Pergolakan Daerah
|
Tercipta Tenaga Kerja
Profesional
|
Kenakalan Remaja
|
Nilai dan Norma Baru terbentuk
|
Terjadi Kerusakan Lingkungan
|
Efektivitas dan Efisiensi Kerja
Meningkat
|
Eksistensi Adat Istiadat
Berkurang
|
Lembaga Sosial tidak Berfungsi
Secara Optimal
|
|
Munculnya Paham Duniawi
|
Kesenian
• Kesenian
sebagai salah satu unsur kebudayaan sering digunakan oleh manusia sebagai saranauntukmengungkapkanperasaan
yang sedang dialaminya dalam kehidupan sehari-hari. Kesenian menjadi bagian
yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia karena melalui kesenian
dapat diungkapkan segala perasaan dan kesenian juga dapatmemberikanvariasidalamkehidupan
setelah diliputi rutinitas yang terkadang membuat jenuh.
• Kesenian
juga memiliki fungsi yaitu untukmenambahkenikmatanpadahidup sehari-hari
serta menentukannormaperilakuyangteratur, dan meneruskanadatkebiasaandannilai-nilaikebudayaankepadagenerasiselanjutnya
(Havilland, 1993:223).
• Kesenian
mempunyai arti penting dan berguna untuk keperluan masyarakat pendukung
kebudayaan karena tidak ada kebudayaan manusia yang tidak memiliki bentuk
kesenian. Dengan demikian kesenian telah mendarah daging dalam kehidupan
sehari-hari manusia dan secara terus menerus diturunkan dari satu generasi ke
generasi selanjutnya selama kesenian itu di junjung oleh masyarakat pendukung
kebudayaan.
• Dalam
masyarakat tradisional, kesenian yang berkembang adalah kesenian tradisional
karena nilai-nilai adat istiadat dan budaya yang berkembang dimasyarakat masih
kuat. Bagi masyarakat tradisional adat istiadat dijadikan sistem hukum yang
mempunyai nilai ketaatan. Sehingga untuk masyarakat tradisional melaksanakan
adat sama saja dengan mengikuti nasihat sesepuh terdahulu dan untuk
melestarikan budaya yang ada tanpa ada pengetahuan mengapa mereka melaksanakan
suatu adat tertentu.
• Sulit
untuk memisahkan bentuk-bentuk kesenian dari kehidupan masyarakat tradisional terutama
yang menyangkut masalah kepercayaan yang ada pada masyarakat yang bersangkutan.
Karena segala tingkah laku masyarakat dalam menyelenggarakan dan melaksanakan
kesenian tersebut tidak terlepas dari pengaruh yang mungkin merupakan bagian
dari kehidupan keagamaan yang sesuai dengan mitos pada masyarakat tradisional
tertentu.
• Dalam
masyarakat tradisional, kesenian yang berkembang adalah kesenian tradisional
karena nilai-nilai adat istiadat dan budaya yang berkembang dimasyarakat masih
kuat. Bagi masyarakat tradisional adat istiadat dijadikan sistem hukum yang
mempunyai nilai ketaatan. Sehingga untuk masyarakat tradisional melaksanakan
adat sama saja dengan mengikuti nasihat sesepuh terdahulu dan untuk
melestarikan budaya yang ada tanpa ada pengetahuan mengapa mereka melaksanakan
suatu adat tertentu.
• Sulit
untuk memisahkan bentuk-bentuk kesenian dari kehidupan masyarakat tradisional terutama
yang menyangkut masalah kepercayaan yang ada pada masyarakat yang bersangkutan.
Karena segala tingkah laku masyarakat dalam menyelenggarakan dan melaksanakan
kesenian tersebut tidak terlepas dari pengaruh yang mungkin merupakan bagian
dari kehidupan keagamaan yang sesuai dengan mitos pada masyarakat tradisional
tertentu.
Profil Blora
Kabupaten Blora adalah kabupaten di Provinsi Jawa
Tengah.Ibukotanya adalah Blora, sekitar 127 km sebelah
timur Semarang.Berada di bagian timur Jawa Tengah, Kabupaten Blora
berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Timur.
Kabupaten ini berbatasan
dengan Kabupaten Rembang dan Kabupaten Pati di utara,
Kabupaten Tuban dan Kabupaten
Bojonegoro (Jawa Timur) di sebelah timur, Kabupaten Ngawi (Jawa
Timur) di selatan, serta Kabupaten Grobogan di barat.
Blok
Cepu, daerah penghasil minyak bumi paling utama di Pulau Jawa, terdapat di
bagian timur Kabupaten Blora.
Profil Cepu
Cepu adalah
sebuah kecamatan di Kabupaten Blora, Provinsi Jawa
Tengah, Indonesia.Kecamatan ini terletak di perbatasan dengan
provinsi Jawa Timur, dan dilewati jalan yang
menghubungkan Surabaya - Purwodadi - Semarang.
Cepu memiliki
seni tradisi tari Tayub.Tari ini seringkali dipentaskan pada saat
penduduk tengah memeriahkan hajatan yang dilakukan, seperti pada saat acara
sunatan.Kesenian ini berupa tarian yang dilakukan oleh beberapa orang wanita
cantik yang diiringi musik gamelan.Dalam tarian itu gamelan yang dimainkan
diikuti juga dengan tembangan dari beberapa sinden.Seiring perkembangannya
kesenian ini mulai tergusur oleh seni modern seperti campur sari atau pun organ
tunggal.
Tari Tayub
Tayub
merupakan tari pergaulan yang populer bagi masyarakat Blora dan
sekitarnya.Tarian ini biasanya dilakukan oleh pria dengan diiringi gamelan dan
tembang Jawa yang dilantunkan oleh waranggono yang syairnya sarat dengan petuah
dan ajaran.
Pertunjukan
tari ini banyak dipergunakan untuk meramaikan kegiatan hajatan yang banyak
dilaksanakan oleh warga Bojonegoro ataupun kegiatan kebudayaan yang lain.
Biasanya dalam mengadakan kegiatannya, tarian tayub ini sudah terkoordinasi
dalam suatu kelompok tertentu dengan nama khas masing-masing.
Jalannya
Pertunjukkan Tari Tayub
Seni
pertunjukan Tayub biasanya di dukung oleh beberapa orang yang meliputi
pemain pokok yaitu penari perempuan ( waranggono atau ledhek ) dan beberapa
penari pria yang menjadi pengibing. Dalam pelaksanaanya tamu yang mendapat
persembahan sampur dari penari ledhek.Kemudian menari berpasangan dengan ledhek
ke panggung untuk menari seirama dengan iringan gamelan dan gending yang telah
dipesan.Biasanya dalam acara ini selalu disuguhkan minuman keras.Jika ada
pengibing yang ingin menari bersama ledhek, maka harus mengganti minuman
tersebut dengan uang.Sasarannya adalah bagian tubuh ledhek yang paling
merangsang, yaitu payudaranya. Jika uang yang di sodorkan banyak maka tangan
pria itu akan leluasa bergerak cukup lama di sela-sela kemben atau penutup dada
ledhek. Bagi seorang ledhek itu adalah rejeki, karena uang yang mendarat di
wilayah buah dadanya itu akan menjadi haknya. Maka dari itu walaupun dilarang
kebiasaan suwelan atau memasukkan uang di sela-sela kemben itu terus saja
berlalu.
Pertunjukkan
seni Tayub mudah ditemukan terutama bulan-bulan baik menurut penanggalan
masyarakat Jawa.Pada bulan ini sebagian besar masyarakat Jawa khususnya
masyarakat pedesaan melangsungkan pesta pernikahan, khitanan, dan sedekah bumi
yang dipadu dengan hiburan.Fungsi hiburan dari seni Tayub memang sudah melekat
dalam kehidupan pedesaan yang disukai sebagai hiburan.Bentuk pengungkapan rasa
nikmat dalam pertunjukan.Para penari laki-laki yang disebut pengibing ini
menari karena adanya ledhek, apabila ledhek tidak hadir karena suatu sebab
dapat dipastikan pentas berakhir sebelum dimulai.
Berdasarkan
tradisi lisan yang berkembang dimasyarakat seni Tayub sudah ada sejak jaman
Belanda hingga saat ini secara turun temurun.Masyarakat pun mempercayai dan
menerima tradisi tersebut sebagai salah satu tradisi leluhur yang harus selalu
dilaksanakan secara turun temurun, karena mereka meyakini bahwa tradisi
tersebut merupakan permintaan dari para danyang yang senantiasa menjaga desa
mereka. Apabila ada perubahan tradisi yang sudah dilaksanakan selama puluhan
tahun tersebut dikhawatirkan akan menimbulkan berbagai petaka bagi masyarakat
karena kemarahan danyang desa.
Fungsi Seni Tayub Dalam Ritual
Menurut Anthony V.Shay dalam Soedarsono (1999:56) ada enam
fungsi tari yang sekarang ini berkembang, yaitu 1) sebagai refleksi dari
organisasi sosial, 2) sebagai sarana ekspresi untuk ritual, sekuler dan
keagamaan, 3) sebagai aktifitas rekreasi atau hiburan, 4) sebagai refleksi
ungkapan estetis, 5) sebagai ungkapan serta pengendoran psikologis, 6) sebagai
refleksi dari kegiatan ekonomi.
Seni
pertunjukkan Tayub yang mempunyai fungsi sebagai sarana untuk ritual,
yaitu sebagai bagian penting di dalam upacara Nyadran (bersih desa). Disamping
itu juga mempunyai fungsi lain yaitu sebagai alat komunikasi dan juga
sempat dijadikan sebagai alat propaganda oleh suatu partai politik
tertentu untuk pemilihan Legislatif.
Pada
intinya setiap daerah memiliki tradisi kesenian ritualnya masing-masing
sehingga masyarakat tetap melestarikannya karena ini juga merupakan peninggalan
turun- temurun dari nenek moyang yang merupakan suatu kepercayaan.
Tayub
bisa dikatakan sebagai alat komunikasi maksudnya adalah di dalam tayub
gendhing-gendhing yang di nyanyikan oleh ledhek biasanya mengandung arti
tersendiri ada juga yang berisi pesan-pesan tertentu, selain itu juga adanya
pertunjukkan tersebut maka semua masyarakat bisa berkumpul di tempat
pertunjukkan dan bisa dijadikan sebagai ajang untuk berkomunikasi dan sarana
untuk bertukar informasi antar warga. Selain itu adanya pertunjukkan tayub
bisa dijadikan sarana untuk mengikat solidaritas masyarakat setempat.Dari
komunikasi yang tercipta maka lambat laun tanpa mereka sadari bisa membentuk
suatu komunitas baru yaitu suatu komunitas penikmat seni pertunjukkan tayub.Hal
tersebut sesuai dengan pengertian tayub itu sendiri yang berasal dari kata ditata
ben guyub yang mempunyai arti bahwa tariannya diatur sedemikian rupa supaya
tercipta suasana rukun diantara penikmatnya.
Dengan
adanya seni Tayub yang berfungsi sebagai seni hiburan. Maka adanya tempat atau
wadah bagi masyarakat untuk saling berinteraksi satu sama lain. Masyarakat yang
datang tidak hanya dari masyarakat sekitar saja, melainkan dari desa lain juga
sehingga adanya interaksi-interaksi sesama warga yang dapat menjadikan rasa
kerukunan antar warga. Rasa solidaritas tersebut dapat terbentuk karena ini
merupakan acara kebersamaan di masyarakat untuk kententraman Desa mereka.
Seni
Tayub dan Hubungannya dengan Globalisasi
Era
globalisasi merupakan saat di mana masyarakat di seluruh dunia menjunjung
tinggi teknologi, informasi, komunikasi, dan berbagai macam tontonan yang ada.
Seperti film layar lebar, bioskop, orkes,dan tontonan televisi. Namun demikian,
di beberapa wilayah pedesaan tertentu seni Tayub masih menjadi salah satu
tontonan yang di gemari oleh masyarakat desa.
Terutama
di desa yang mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Sehingga
mereka haus akan hiburan setelah lelah bekerja di sawah seharian. Di desa ini
pula biasanya pertunjukkan Tayub menjadi hal wajib dalam upacara sedekah bumi
(nyadran).
Biasanya
hari yang di pilih oleh desa ini adalah hari jumat legi (hari pasaran
Jawa).Sebelum Tayub di laksanakan masyarakat desa melakukan prosesi tebar bunga
di punden sumur gedhe yang diyakini memiliki kekuatan mistis dengan tujuan
untuk menghormati leluhur atau sesepuh yang mbahurekso (penjaga) desa ini.
Secara
tidak disadari oleh masyarakat, kebijakan pemerintah yang berpihak kepada
budaya global dan mengatasnamakan modernisasi telah mempengaruhi jati diri
bangsa.Secara perlahan, kebudayaan daerah sebagai bagian terkecil dari
kebudayaan nasional telah tererosi oleh budaya global tersebut.Keadaan ini
mengancam eksistensi kesenian dan kebudayaan daerah, yang pembinaannya dalam
berkesenian dan apresiasi masyarakat di luar pendukungnya relatif kecil.Hal ini
bertentangan dengan promosi-promosi pariwisata yang telah dilakukan untuk
menarik wisatawan manca negara sebagai sasaran utama, yang menjadikan budaya
daerah sebagai bagian dari budaya nasional sebagai aset utama di bidang
tersebut.Untuk itu peran pendukung seni, masyarakat dan juga pemerintah sebagai
pelindung perlu ditingkatkan.
Setiap daerah memiliki potensi yang unik dan dapat
dijadikan sajian yang menarik apabila budaya, kesenian lokal tersebut dapat
digali dan di maksimalkan. Wujudnya bisa berupa kebudayaan daerah (patung,
batik, songket,dan sebagainya) yang memiliki nilai seni atau pun seni
pertunjukan ( seni tari-tarian atau pun kesenian khas suatu daerah). Objek seni
ini tidak harus karya besar yang berumur ratusan tahun, tetapi kreatifitas yang
didasarkan dari keunikan lokal yang dikemas untuk dipertontonkan secara
berkesinambungan (setiap saat) atau hanya memanfaatkan peristiwa khusus.
Pelestarian
Seni Tayub
Beberapa tahun belakangan ini
Pemkab juga gencar menggelar event seni budaya.Bahkan event tersebut digelar
setingkat nasional seperti halnya Festival Tayub Nusantara dan Festival Barong
Nusantara yang keduanya merupakan kesenian khas Kabupaten Blora.
Itu semua dilakukan agar budaya
dan pelaku seniman di Blora juga tetap eksis serta generasi muda bisa terus
mengetahui dan melestarikan nilai-nilai luhur apa yang ada dalam budaya Jawa,
khususnya Kabupaten Blora.
Dampak
Globalisasi Terhadap Budaya Lokal dan Perilaku Masyarakat
Era
globalisasi yang diboncengi neolibralisme dan modernisasi menuju diiringi
revolusi IPTEK. Dimana manusia akan terus akan mengalami revolusi tour ti (technologi,
telekomunication, transportation, tourism) yang memiliki globalizing force yang
dominan sehingga batas antar daerah dan antar negara semakin kabul, yang
mengakibatkan dunia tanpa batas yang menganut aliran kebebasan, kebebasan
nerkreatifitas, kebebasan berpendapat, dan kebebasan berkreatifitas, kebebasan
berpendapat, dan kebebasan berekpresi. Hal ini sangatlah berbahaya bila kita
tidak memfilter serta membedakan mana budaya asing yang dapat diserap dan mana
yang tidak.Jika kita melihat kondisi riil masyarakat Indonesia sekarang ini,
ternyata daya serap masyarakat terhadap budaya global lebih cepat dibanding daya
serapnya terhadap budaya lokal. Bukti nyata dari pengaruh globalisasi itu,
antara lain dapat disaksikan dari gaya berpakaian, dan gaya berbahasa
masyarakat Indonesia, khususnya generasi muda yang sudah berubah yang
kesemuanya itu diperoleh karena kemajuan tehnologi informatika dan komunikasi
khususnya pada media massa. Globalisasi media dengan segala nilai yang
dibawanya seperti lewat televisi, radio, majalah, koran, buku, film, VCD, HP,
dan kini lewat internet sedikit banyak akan berdampak pada budaya dan kehidupan
masyarakat Indonesia.
Ini versi pptnya :
Ini versi pptnya :
Daftar Pustaka
Sekian
informasi yang dapat saya sampaikan, mohon maaf bila ada kesalahan dalam
penulisan artikel ini. Terimakasih untuk blog-blog yang tertera di daftar
pustaka artikel ini, tanpa kalian semua, saya tidak dapat memenuhi nilai untuk
mata pelajaran sosiologi. Untuk para pembaca, yang dengan sabar membaca satu
persatu kalimat dan meluangkan waktu untuk membaca artikel ini tidak lupa Admin
ucapkan terima kasih. Semoga bermanfaat J
Jumat, 20 November 2015
Perkenalan tentang Cepu
22.13
Annyeong semuanya! Ini hari pertama aku aktif di Blogger, sebelumnya aku udah lama gabung di Blogger, tapi bingung aja mau ngeposting apa. Yaudah deh :’)
Kenalin nama aku Anggraini, aku masih sekolah di SMA Negeri 1 Cepu. Hah? Cepu itu dimana ya? Yang gak tau Cepu dimana, ini penjelasannya…
“Cepu adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Blora, Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Kecamatan ini terletak di perbatasan dengan provinsi Jawa Timur, dan dilewati jalan yang menghubungkan Surabaya - Purwodadi – Semarang”. Nah kota Cepu ini ukurannya kecil, tapi dia itu punya sumber daya alam minyak dan gas yang besar. Makanya gak heran kalau banyak orang luar Cepu yang datang ke Cepu untuk sekolah keminyakan atau kerja di sektor minyak dan gas.
Yang ngangenin dari Cepu tuh makanannya. Makanan khas cepu salah satunya adalah ledre pisang raja, nasi pecel, Sembukan, bethithi, lonthong tahu, lontong kikil, dan kini makanan khas Cepu bertambah dengan hadirnya olahan baru, yaitu Eggroll Waluh. Eggroll Waluh, sesuai namanya terbuat dari bahan waluh atau labu kuning, yang diperkaya dengan rasa stroberi, durian, coklat dll. Dengan rasanya yang unik menjadikan Eggroll Waluh sebagai Primadona baru Oleh-oleh Cepu.
Ini dia, jembatan yang menghubungkan Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Jadi, kalau kita udah melewati jembatan itu, tandanya kita sudah berada di Provinsi Jawa Timur. Di bawah jembatan itu ada Bengawan Solo, yang jadi sumber mata air masyarakat Cepu.
Selain itu, Cepu kaya akan sejarah. Contohnya ini :
Nama Cepu sebagai sebuah daerah sudah terdengar sejak zaman Panembahan Senopati (Raja Mataram I), tepatnya saat terjadinya perebutan puteri Madiun yang bernama Retno Dumilah. Ada juga kisah penamaan Cepu diambil dalam kisah Arya Penangsang, yaitu pada saat pertempuran antara Jipang Panolan dan Pajang di pinggiran bengawan Solo, alkisah ada seorang prajurit Panolan (ada kisah bukan prajurit biasa melainkan sang Arian Pengangsang sendiri) yang tertancap tombak di pahanya. Dalam bahasa Jawa, tancap adalah nancep, paha adalah pupu, maka lakuran dari dua kata tersebut menjadi Cepu.
Pada zaman penjajahan, Cepu merupakan salah satu kota penting, karena kandungan minyak dan hutan jatinya. Di Cepu dapat dijumpai beberapa bangunan peninggalan Belanda yang masih awet hingga masa kini. Salah satu bangunan yang unik adalah, loji klunthung. Peninggalan lain yaitu Gedung Pertemuan SOS Sasono Suko dan Kuburan Belanda (Kuburan Londo) yang terletak di desa Wonorejo Kelurahan Cepu. Untuk mendukung transportasi masa itu, dibangun pula jalur kereta api yang menghubungkan Jawa Timur - Jawa tengah via Cepu. Di Ngloram, juga bisa ditemui bekas landasan pesawat terbang peninggalan Belanda.[1] [2]
Daerah ini telah lama dikenal memiliki persediaan minyak bumi. Pada tahun 2005, Cepu mendapat perhatian nasional karena penemuan adanya deposit minyak yang melimpah di Blok Cepu. Kekayaan alam lainnya adalah kerajinan rakyat dari kayu jati dan wisata hutan jati dengan kereta api kuno. Di era Pergerakan Nasional, Cepu menjadi tempat pelarian eks. PKI Madiun yang kemudian berhasil ditumpas oleh Divisi Ronggolawe yang dipimpin oleh GPH Djatikoesoemo. Nama Ronggolawe dan Djatikoesoemo saat ini menjadi ikon kota Cepu. Nama Ronggolawe dipakai sebagai nama:
1. Lapangan terbesar di Cepu: Lapangan Ronggolawe
2. Sekolah Tinggi Teknologi Ronggolawe (STTR)
3. Monumen Ronggolawe yang berupa patung kuda.
Sedangkan GPH Djatikoesoemo diabadikan sebagai monumen yang letaknya di dekat gedung SOS Sasono Suko dekat Kantor Pos.
Oke cukup sekian perkenalannya, see you again!

Langganan:
Postingan (Atom)